INFORMASI DALAM INTELIJEN


Gaya komunikasi Baintelkam Polri sangat khas, dan kekhasan dari gaya komunikasinya itu berkaitan erat dengan orientasi kerja para perwira intel yang selalu berada di luar untuk menghimpun data dan temuan-temuan di lapangan. Situasi kerja yang tenang, bahkan ridak adanya suasana yang hiruk-pikuk dalam kantor merupakan pertanda bahwa para perwira intel bekerja secara serius melakukan analisis yang mendalam terhadap informasi intelijen yang mereka peroleh. Di lembaga inilah informasi begitu penting dan berharga nilainya. Jadi, kerja para perwira intel bukanlah sekadar rutinitas formal yang disampaikan secara tertulis saja, tetapi kelengkapan data sangat dibutuhkan demi mendukung kualirat laporan informasinya.

Data yang lengkap memang sangat dibutuhkan, maka kemampuan intelijen yang tinggi merupakan prasyarat dan kebutuhan. Karena itu, nilai informasi bagi Intelkam sama dengan nilai keputusan yang berkualitas bagi pimpinan Polri. Tingkat korelasinya terletak pada kegunaan output data intelijen sebagai bahan pertimbangan pengambian keputusan bagi para penentu kebijakan.

 

Urgensi itulah yang berada dibalik kertas-kertas berisi laporan tertulis dalam aturan administrasi dan Hubungan Tara Cara Kerja (HTCK) pada Baintelkam Polri. Konsekuensinya adalah pertanggungjawaban karena validitas sumber merupakan input yang vital. Sebagai ketentuan administrasi data, dibuatlah kode-kode yang memudahkan pengenalan kualifikasi yang akurat itu, dengan tanda A-l, B-2, C-3, dan lain sebagainya. Arti dari tanda tersebut yaitu :

A : sumbernya akurat arau dapat dipercaya;

B : sumber dapat dipercaya, terapi tidak seperti A;

C : sumber kurang dapat dipercaya.

 

Sementara angka-angka yang mengikuti huruf-huruf tersebut mempunyai arti:

 

1 : Nilai keterangan dapar diyakini benar;

2 : Nilai keterangan perlu ditambah dengan penjelasan pendukungnya;

3 : Nilai keterangan perlu dikuatkan dengan keterangan pendukung lain.

 

Kualifikasi akurasi tersebut menunjukkan tingkat pengakuan cerhadap kredibilitas (keterandalan) intelijen. Selain perihal akurasi informasi, indikator lainnya adalah terjawabnya rumus 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How) sebagai "pertanyaan" informasi. Jika melihat urgensi informasi dalam dunia intelijen, maka di sanalah sesungguhnya mengapa harus dibentuk sistem yang lengkap, yaitu mulai dari "input, proses, hingga output.” Di dalamnya berisi beberape komponen pokok, seperti sumber daya, sumber daya manusia, dan teknologi.

Komponen-komponen tersebut berperan menjaga akurasi informas yang dibutuhkan, Terkait dengan peran SDM sebagai agen intelijen, harus dijaga dengan ketat agar autentifikasi formal yang berupa surat penugasan resmi selalu ada. Misalnya, dalam beberapa momentum penting seperti pilkada, keimigrasian, terorisme hingga pemilu legislatif dan pemilu presiden, keamanan informasi serta validitas akurasinya menjadi hal yang sangat strategis bagi tugas-tugas intelijen. Namun, kerja dalam dunia intelijen sebenarnya tidak berbeda dengan kerja dalam dunia industri. Keduanya sama-sama melihat kualitas output-nya sistem produksi yang dianggap sebagai sesuatu yang utama. Seandainya pun ada perbedaan, maka perbedaannya terletak pada jenis output-nya, di mana dalam dunia intelijen output-nya adalah informasi.

Layaknya dalam dunia industri, dalam dunia intelijen juga menganut ke-efekrivitas-an sebagai prinsip yang digunakan dengan tercapainya tujuan secara berdaya guna. Dalam mencapai tujuan ini, prinsip keseimbangan dengan mengutamakan keserasian dan keharmonisan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab tiap struktur yang di dalamnya terkait Intelkam. Demikian juga prinsip berkesinambungan menjadi prinsip intelijen dalam aktivitasnya secara terus-menerus.



[1].  Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, 2013, Komunikasi dalam Kinerja Intelijen Keamanan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 84.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambang Gangguan (AG) atau Police-Hazard (PH): Preventif[

Roda Perputaran Intelijen